Kakao
(Theobroma cacao L) adalah tanaman dengan surface root feeder,
artinya sebagian besara akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan
tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. 56% akar lateral tumbuh pada
jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20 cm, 14% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm
dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar
proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet
(intricate).
Kakao
(Theobroma cacao L) merupakan salah
satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi
perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa negara. Di samping itu, kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Pada
tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar
berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa
terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan
nilai US $ 701 juta.
Sebagai
komoditi andalan nasional, perkebunan kakao merupakan penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa negara. Hingga 2009, Indonesia merupakan produsen
kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi mencapai
849.875 ton per tahun. Produksi ini
dihasilkan perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perkebunan swasta
serta perkebunan rakyat.
Luas
perkebunan kakao yang dimiliki masyarakat sekitar 92,7% dari luas total
perkebunan kakao di Indonesia atau seluas 1.592.982 ha hingga 2009 .Peningkatan
luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktivitas dan mutu yang
tinggi. Produksi tertinggi yakni 67% diperoleh dari wilayah sentra produksi
kakao yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
Tengah.
Jika
kakao Indonesia diproses secara fermentasi maka rasa dan aromanya tidak kalah
dengan kakao yang berasal dari Ghana. Kakao Indonesia memiliki keunggulan yaitu
tidak mudah meleleh sehingga dapat digunakan untuk proses blending. Ada tiga
jenis kakao yaitu:
Kakao Criolo
jenis
pertama adalah jenis criollo. Jenis ini merupakan tanaman kakao yang
menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik dan dikenal dengan cokelat
mulia, ciri cirinya adalah buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya
tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahya berbentuk bulat telur
beruuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jumlah jenis
ini ada sekitar ± 7% dan dihasilkan di Indonesia, ekuador, Venezuela, jamaika,
dan Sri lanka.
Kakao Forestero
Jenis
kedua adalah jenis forestero, jenis ini merupakan jenis tanaman kakao yang
memiliki mutu sedang atau bulk kokoa. Ciri ciri jenis ini adalah buahnya
berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya
berwarna ungu pada waktu basah. Jumlah jenis forestero adalah ± 93% dari
produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan di afrika barat,
brasil dan dominika.
Kakao Trinatario
Jenis
yang ketiga adalah jenis trinatario,jenis ini merupakan hybrida dari jenis
criollo dengan jenis forestero secara alami, sehingga jenis ini sangat
heterogen, kakao trinatario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa
ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya
bermacam-macam, biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu
muda sampai ungu tua pada waktu basah.
No comments:
Post a Comment